Monday, November 17, 2014

WISATA KOTA SUKABUMI - Backpacking

WISATA KOTA SUKABUMI - JAWA BARAT

Bagi saya, Sukabumi adalah miniaturnya kota Bandung meski suhu udaranya tidak sesejuk Bandung - menurut penilaian pribadi loh. Dengan ukuran kota yang tidak besar namun dengan variasi kuliner yang beragam menjadikan Sukabumi lebih mudah dikuasai dari segi mobilitas pelancong dibandingkan dengan Bandung, terlebih lagi aksesibilitas di kota Sukabumi cukup memadai. Saya amati di setiap sudut jalan banyak sekali angkutan kota atau angkot yang berseliweran. Hal tersebut sangat membantu warga atau pelancong untuk mondar-mandir. Kondisi seperti itu tampak mirip dengan tampilan kota Bandung. Jalanannya tidak begitu besar namun padat oleh kendaraan serta pedagang.

Untuk saat ini, moda transport termudah dan paling terjangkau dari Jakarta adalah kereta api. Setelah sekian puluh tahun tidak dioperasikan, jalur kereta api Bogor - Sukabumi akhirnya diaktifkan kembali beberapa tahun yang lalu. Hal tersebut disambut baik oleh warganya, terbukti dengan selalu penuhnya kereta Pangrangro setiap akhir pekan. Saya bahkan pernah dua kali menjadi korbannya. Tanpa pengetahuan yang cukup, dengan percaya diri saya langsung ke Bogor naik KRL dari Tebet. Setibanya di stasiun, petugas mengumumkan bahwa untuk perjalanan hari itu dan esoknya sudah habis terjual. Wah, gigit jari akhirnya saya harus pulang dengan tangan kosong. Konyolnya, saya ulangi untuk kali kedua pada kesempatan yang berbeda, wkwkwk...  Tidak ingin gagal ketiga kalinya, saya pun memesan tiket via online alias lewat internet. Harga tiket kereta ekonomi adalah Rp 20K sedangkan tiket eksekutif sebesar Rp 50K, sangat terjangkau kan? Oya, kereta api ke Sukabumi tidak memiliki kelas bisnis seperti kereta jurusan ke kota lainnya. Nama kereta api ke Sukabumi adalah KA Pangrango dengan tujuan akhir kota Cianjur.

Stasiun Sukabumi, peron
Stasiun kereta api Sukabumi juga masih kelihatan seolah stasiun yang sudah lama tidak digunakan. Tampilan fisiknya tampak seperti bangunan bersejarah yang baru direnovasi. Hal itu sangat beralasan karena jalur ini adalah jalur yang telah mati lama kemudian dihidupkan kembali. 








Interior stasiun Sukabumi
Setibanya di stasiun Sukabumi, saya duduk sejenak menikmati suasana stasiun sambil melihat keadaan sekitar. Dengan bekal peta google yang sangat membantu, saya pun melanjutkan jalan kaki saya menyusuri jalan stasiun timur menuju jalan protokol Sukabumi yang mengarah ke alun-alun kota sebagai pusat aktifitas warga. 
Protokol Sukabumi, jalan A. Yani




Tidak sulit bagi orang baru di Sukabumi untuk menemukan jalan protokol sebagai poros utamanya karena hanya beberapa meter saja jaraknya dari stasiun. Serasa seperti di Bandung, jalan protokol tersebut cukup sempit namun sangat berjejal oleh kendaraan dan sesak oleh pedagang di sepanjang trotoar, terutama di seputar pasar atau pusat pertokoannya.





Kubah Masjid & Gerbang menuju taman

Setelah melewati keruwetan pusat perbelanjaan tersebut, saya pun menemukan kubah masjid berwarna emas dan saya bisa tebak itu adalah masjid raya yang terletak di seputaran alun-alun atau semacamnya. Benar saja, saya melihat ada sebuah gerbang yang mengarah ke sebuah taman kota dimana dapat saya lihat banyak anak muda beraktifitas sambil menikmati suasana jelang sore. 




Taman kota sukabumi
Perjalanan saya lanjutkan ke arah utara hingga saya menemukan sebuah ruang terbuka berbentuk lapangan. Rupanya di situ lebih banyak warga kota yang melakukan kegiatan olahraga atau hanya sekedar duduk-duduk menikmati suasana sore setelah terik siang mulai memudar. Di sisi utaranya terdapat tulisan besar dengan tajuk 'Taman Lapang Merdeka' terbuat dari logam stainless. Sementara di sisi sebelah barat tampak sebuah bangunan megah seperti gedung Mahkamah Agung di Jakarta. Setelah saya konfirmasi ternyata bangunan megah tersebut adalah Islamic Center Sukabumi, waaaah... hebat juga ya! Salut, salut, salut!!!
Lapang Merdeka: salah satu pusat kegiatan warga
Secara keseluruhan saya suka sekali menikmati dan berada di salah satu sudut kota Sukabumi ini. Sayangnya saat saya berada di situ suasananya sangat kering karena memang di Indonesia tengah mengalami musim kemarau panjang yang tak kunjung usai. Saya yakin ketika segala sesuatunya dalam keadaan normal, pasti tampak asri, teduh dan mendamaikan. I love Indonesia!!!

Sejenak saya menikmati suasana yang ada sambil menyantap tahu gejrot khas Cirebon yang sedang berjualan di Sukabumi ... jauh sekali pengembaraannya ya. Sambil berbincang dengan warga setempat yang sedang santai di pinggir lapangan yang juga berfungsi sebagai pusat rekreasi ringan dan olahraga, saya terus mengamati keadaan sekitar, sungguh mendamaikan. Kebahagiaan itu bermulai dari diri dan harus kita ciptakan sendiri, jangan menunggunya karena kebahagiaan itu tak akan pernah menghampiri orang yang pasif menunggu.

Islamic Center Sukabumi
Gedung Juang 45 Sukabumi
Keluar sedikit dari lapangan ada sebuah bangunan megah bersejarah. Ternyata bangunan tersebut adalah Gedung Juang atau semacamnya, saya tidak menanyakan kepada orang sekitar sebenarnya apa fungsi gedung itu atau bagaimana sejarahnya. Saya terus saja berjalan menyusuri jalan Suryakencana ke arah utara atau ke arah atas. Seperti info dari mbah google bahwa di jalan tersebut ada hotel yang murah meriah - bukan mewah meriah. Sambil jalan, dapat saya jumpai begitu banyak penjual makanan yang bervariasi persis seperti di Bandung. Saya pun merasa tenang karena tidak bakal kehabisan stok makanan selama mau sedikit berjalan. 

Hingga akhirnya saya menemukan hotel yang saya cari di sekitar jalan Suryakencana. Letaknya agak ke atas yaitu menuju ke daerah wisata Selabintana - itu salah satu alasan saya pergi ke Sukabumi. Untuk membuat tenang, saya sempatkan tanya hal yang masih gamang kepada petugas front office hotel sembari check in. Mereka sangat membantu dan membuat saya semakin tenang untuk berkeliling setelah selesai membersihkan badan dan sebagianya. 


Malam harinya sesuai dengan rencana, saya mulai berkeliling ke tempat-tempat yang direkomendasikan oleh petugas hotel dan mbah google. Wow... Sukabumi memang bertabur kuliner saat malam tiba. Di sepanjang jalan dan di sudut-sudut kota bertaburan tempat untuk menikmati berbagai macam kudapan yang terjangkau namun memuaskan. Datang dan nikmatilah Sukabumi apa adanya dan ada apanya, dijamin puas! Seharusnya Anda malu jika belum tahu banyak Indonesia tetapi sudah pecicilan sampai New York dan lain-lain. Saya tidak bisa menikmati banyak makanan karena kapasitas perut yang tidak mendukung. 

Bubur pengkolan Sukabumi di jalan Suryakencana

Kata mbah google, bubur Bunut adalah yang paling terkenal di Sukabumi, sayangnya saya baru mengingatnya setelah menyantap bubur yang lain yaitu bubur Pengkolan yang tidak jauh dari tempat saya menginap, wkwkwk... sekali lagi masalah kapasitas perut. Pada malam hari, juga ada kudapan khas yang dapat Anda temui di jalan Gudang. Nama kudapan tersebut adalah bandros yang dalam istilah orang Jakarta biasa dikenal sebagai kue pancong. Mereka melayani pelanggannya pada malam hari sampai pagi saja, jadi Anda tidak akan mendapatkannya waktu siang - mereka pada boci alias bobo siang (sok tau).


HARI KEDUA

Wah, setelah bangun tidur saya harus sepagi mungkin check out untuk mengejar waktu ke Selabintana karena saya belum paham angkutan kesana. Menurut petugas hotel, dari depan hotel yang terletak di jalan Suryakencana tersebut saya cukup naik sekali saja lantas akan langsung diantar sampai gerbang Selabintana. Wow ... baik benar ya sopir angkotnya, karena sepengetahuan saya Selabintana itu berada di luar kota Sukabumi alias sudah masuk wilayah kabupaten Sukabumi. Lebih tepatnya, Selabintana berada di lereng gunung Pangrango di sebelah utara kota Sukabumi. 

Tidak sulit dan tidak lama saya menanti angkot yang dimaksudkan. Sekali lagi, untuk meyakinkan diri, saya pun menanyakan ulang kepada sopir angkot dengan pertanyaan yang sama seperti saat nanya kepada petugas hotel, dan tentu saja jawabannya juga sama. Yah, cape deh! Kirain bakalan berbeda biar jadi surprised.

Selama di perjalanan yang tidak membosankan, karena banyak pemandangan baru, saya berbincang banyak dengan sopir angkot yang sangat ramah dan membantu sekali dalam memberi arahan tentang segala sesuatunya. Wah ... hebat, hebat, hebat! Hidup pak sopir. Sayangnya saya tidak menanyakan namanya siapa atau hobinya apa ... wkwkwk. Dengan perjalanan yang begitu jauhnya ternyata ongkosnya cuma 3 ribu saja... wow! Menyenangkan sekali rasanya, padahal saya sudah siapkan anggaran sebesar 20 ribu, hmm ... sing mboten-mboten!

Setibanya di gerbang Selabintana, saya langsung bergegas beli tiket masuk, kalau tidak salah harganya 8 ribu. Mumpung masih pagi pula, saya langsung naik menyusuri jalan yang ada entah kemana jalan yang penting masih dalam area resor. Sangat menyejukkan memandang pemandangan yang masih hijau ke segala penjuru arah di saat musim kemarau yang panjang itu.

Di bawah ini adalah beberapa foto situasi dan kondisi Selabintana:










































Saya meluangkan waktu cukup lama di Selabintana sambil menikmati alam yang hijau dan luas. I love Indonesia! Saya sengaja menyusuri perkebunan teh untuk mengambil gambar dari berbagai sudut, sungguh sangat menyejukkan hati. Ketika selesai berputar-putar (kaya gasing), saya langsung mencari kudapan yang mengundang selera waktu itu. Dan saya melihat ada seorang penjaja bakso di bawah pohon rindang dengan hamparan tikarnya yang begitu lebarnya sehingga sangat menggoda untuk mampir (bisa saja si emang eta teh). 


Saya tidak boleh terlalu lama diam di Selabintana karena bisa saja terlena dan ketinggalan kereta ke Jakarta. Segera setelah puas dengan suasana, saya pun turun ke kota lagi sambil menghabiskan waktu. Barangkali di kota lebih aman karena tidak terlalu jauh dari stasiun seandainya waktunya sudah mepet ke jadwal kereta api. Saya turun dari angkutan umum sengaja agak jauh dari stasiun supaya masih bisa menikmati suasana kota Sukabumi lebih dalam. Di sudut sebuah jalan saya menemukan seorang penjual rujak tumbuk yang tengah melayani pelanggannya. Aduh... rujaknya begitu menggairahkan! Saya pun ikut antri sambil mengamati bagaimana proses pembuatannya biar lebih menjiwai saat menyantap. 


Jalan Jainal Zakse
Saya makan rujaknya sambil berjalan pelan menyusuri jalan protokol. Banyak sekali angkot yang mondar-mandir atau yang sekedar menunggu penumpang di sudut-sudut jalan. Meskipun tidak membuat kemacetan, keadaan itu cukup membuat kota tampak lebih semrawut. Bagaimana pun, Sukabumi memiliki ciri khas sendiri yang membuat rindu untuk datang lagi kesana. Di luar kota Sukabumi juga banyak terdapat obyek wisata alam yang terkenal seperti Pelabuhan Ratu, Situ Gunung, dll. Sebaiknya Anda perlu mampir ke Sukabumi untuk membuktikannya sendiri.***
Ujung Jalan Juanda, saat malam menjadi pusat kuliner




Lalulintas dari arah Bandung


Bagian depan stasiun Sukabumi







12 comments:

  1. Dr salabintana ke kebun teh nya jauh gaaa

    ReplyDelete
  2. Kebun teh itu di belakang Selabintana sebagai latar belakangnya. Tetapi harus keluar dari resor Selabintana karena beda manajemen. Sangat dekat.

    ReplyDelete
  3. mas kl dari stasiun banyak penginapan gk

    ReplyDelete
  4. Penginapan termasuk banyak dan ndak terlalu jauh. Tapi klo dkt stasiun barangkali ndak bagus suasananya krn ada di kompleks pasar. Lbh baik agak jln ke arah utara (atas) krn lbh bagus, bersih dan rapih.. (maaf telat balasnya)

    ReplyDelete
  5. Penginapan termasuk banyak dan ndak terlalu jauh. Tapi klo dkt stasiun barangkali ndak bagus suasananya krn ada di kompleks pasar. Lbh baik agak jln ke arah utara (atas) krn lbh bagus, bersih dan rapih.. (maaf telat balasnya)

    ReplyDelete
  6. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  7. Mas kalo biaya permalamnya di tempat mas nginap berapa ya ?
    Oiyaa sama objek wisata yg bisa di tempuh dari tempat mas menginap apa aja ya ?
    Terima kasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seinget sy biaya penginapan per malam waktu itu sekitar 200k. Tapi itu sebenernya double bed. Single bed sdh penuh saat itu. Obyek wisata di kota sepertinya dak ada, sy cuma menikmati wisata kuliner (wiskul) mlm harinya. Kalo mau wisata mending ke Selabintana. Seperti tampak pada foto..

      Delete
    2. Seinget sy biaya penginapan per malam waktu itu sekitar 200k. Tapi itu sebenernya double bed. Single bed sdh penuh saat itu. Obyek wisata di kota sepertinya dak ada, sy cuma menikmati wisata kuliner (wiskul) mlm harinya. Kalo mau wisata mending ke Selabintana. Seperti tampak pada foto..

      Delete
  8. Waaaaah, pas banget nih dapet infonya.
    Terima kasih mas, udah share pengalamannya. Jadi tambah pengetahuan juga nih berkat pengalamannya mas suparmo.

    Kalau berkenan, silahkan berkunjung ke blog saya juga mas.

    Rencanannya sih bulan ini kalo ada kesempatan pengen traveling juga ke sukabumi.

    Tempat Wisata Jawa Barat
    Info Hotel dan Destinasi Tempat Wisata
    Tips Kesehatan Dan Kecantikan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ok, terima kasih. nanti saya berkunjung ke blog Anda. dan selamat berkunjung ke Sukabumi.

      Delete
  9. Merkur 39c Review: A Safety Razor That Will Help
    The Merkur 39c is an extremely well-rounded safety razor, which is more comfortable 메리트카지노 for experienced wet 우리카지노 계열사 shavers. The handle is a bit 11bet longer,

    ReplyDelete

RADIO FM DEKADE 80-90

Waktu masih SMA dulu saya tinggal di sebuah desa sekitar lima kilometer dari kota Sragen dengan kondisi jalan yang masih belum diaspal dan t...